Kamis, 28 April 2016

Analisis Novel Genre Romantis : “ You Are The Apple of My Eye”



Penulis: Giddens Ko
Penerjemah: Stella Angelina dan Fei
Penyunting: NyiBlo
Proofreader: Dini Novita Sari
Cover designer: Dedy Andrianto
Ilustrasi isi: @teguhra
Penerbit: Haru
Cetakan: pertama, Februari 2014
Jumlah hal: 350 halaman
ISBN:  978-602-7742-28-4


Novel ini adalah terjemahan mandarin pertama dari Penerbit Haru. You Are The Apple of My Eye adalah sebuah novel semibiografi dari penulisnya yang berkisah tentang kegigihan mencintai dan persahabatan. Topik utamanya memang tentang cinta, tetapi bumbu-bumbu persahabatan turut menambah rasa novel ini menjadi lebih menarik untuk diikuti pembaca.

“Cinta adalah miniatur yang paling menggambarkan kehidupan banyak orang. Ada yang bilang cinta itu romantis, ada yang bilang cinta itu gila; ada yang selamanya tidak akan terlupakan, ada yang mengharukan; ada yang sehidup semati, ada yang berkhianat; ada yang dewasa, ada yang berharap dewasa.” hal. 201

Cerita dalam buku ini di awali pada saat Ke Jingteng dihukum oleh Guru Lai karena mencorat-coret dinding kelas pada musim panas tahun 1990 saat itu tahun-tahun itu ketika mereka masih menjadi siswa-siswi kelas seni 2A SMP Jingcheng di Changhua. Jingteng merupakan tipikal siswa yang sebenarnya cerdas namun dia malas berpikir, dia lebih suka membuat lelucon untuk teman-temannya. Jingteng yang masih kekanak-kanakkan dipaksa duduk di depan seorang siswi canti yang masuk dalam daftar salah satu yang paling pintar di kelas mereka, Shen Jiayi. Pada awalnya mereka hanya berdiam-diam saja, namun entah bagaimana awalnya Jiayi yang cerewet setiap pagi menceritakan berbagai hal kecil yang terjadi di rumahnya mulai dari hewan peliharaan hingga kartun yang ditonton oleh Jiayi. Mulanya Jingteng acuh tak acuh setiap kali diperingatkan Jiayi untuk belajar namun titik balik Jingteng bermetamorfosis dimulai ketika Guru Lai menjelaskan bahwa 15 siswa dari kelas mereka dengan peringkat terbawah akan dipindahkan ke kelas C karena adanya suatu peraturan baru. Sepertinya saat itu pula Jingteng mulai sadar bahwa dia menyukai Jiayi seperti yang dikatakannya

"Aku bengong menatap Shen Jiayi. Tiba-tiba, sesuatu yang sangat rumit mengusik hatiku. Aku yang penuh percaya diriserta selalu tertawa dan bercanda, seharusnya menolak hal ini. Namun aku tahu, aku tidak bisa menolak kebaikan hati Shen Jiayi. Disebut bodoh pun aku tak peduli karena aku tidak bisa menghindari perhatiannya yang tulus." hal 42.

 Bukan hanya Ke Jingteng satu-satunya murid yang menyukai Shen Jiayi namun teman-teman baik Jingteng lebih dulu menyukai Jiayi seperti A He, Liao Yinghong serta beberapa lainnya. Mereka kecuali Jingteng berusaha mendekati Jiayi dengan berbagai cara, tidak begitu dengan Jingteng yang tahu bahwa Jiayi tidak suka dengan tipikal pria-pria yang begitu terobsesi untuk mengejarnya dia berkata masih ingin berfokus belajar dan sekolah.

Awalnya saya kira orang yang Jingteng sukai selama periode 8 tahun hanya Jiayi seorang namun buku ini menceritakan kebenarannya yaitu ada seorang lagi bernama Li Xiaohua. Hal yang awalnya tidak diduga Jingteng karena dia sudah menjadi murid baik Guru Lai memutuskan memindahkan Jingteng ke belakang Li Xiaohua. Semenjak itu hubungan mereka -Jingteng dan Jiayi- tidak terlalu dekat. Jiayi lebih dekat dengan A He dan Jingteng dengan Li Xiaohua. Seperti Xiaohua memang ada perasaan pada Jingteng namun yak begitulah Jingteng dia tidak berani mengatakan apaun hanya bisa mengambil tangkai-tangkai bunga liar untuk diletakkan di meja Xiaohua. Ada kalimat yang benar-benar menyentuh saat Jingteng menceritakan dirinya kketika bersama Xiaohua.

"Pulang bersama, entah kenapa di kehidupan mana pun, kedua kata ini memiliki arti yang romantis. Bersama mewakili hal yang tidak bisa dilakukan sendiri, pulang berarti kembali ke kehangatan. Orang yang pertama kali pulang bersamamu, tidak akan kau lupakan seumur hidup."

Perjalanan Jingteng dengan Xiaohua berhenti seiring lulusnya mereka dari SMP, mereka lebih memilih jalan masing-masing meskipun pada kenyataannya Xiaohua yang meminta Jingteng menjauh dari kehidupannya, apalagi setelah teman-teman perempuan Xiaohua merasa Jingteng membuat mereka jauh dari gadis itu. Usaha Jingteng untuk mendekati kembali Xiaohua di awal masa SMA mereka pun sia-sia karena sang gadis tetap pada pendiriannya.

SMA, kedekatan Jingteng dan Jiayi mulai terjalin kembali. Mereka tidak sekelas faktanya karena Jingteng memilih masuk jurusan IPA dan Jiayi memilih kelas IPS. Hal tersebut tidak menghalangi jalan mereka untuk kembali mendekat. Jiayi yang memiliki kebiasaan tinggal di sekolah hingga malam untuk belajar secara tidak sengaja diketahui oleh Jingteng hingga Jingteg pun memutuskan untuk ikut belajar di sekolah tapi berada di kelas yang berbeda. Di SMA pula awal mereka mulai bersaing untuk melihat siapa yang memiliki nilai lebih tinggi pada mata pelajaran yang sama pada dua jurusan itu. Jingteng sih sebenarnya bagi dia kalah atau menang sama saja baginya yang penting bisa lebih sering bertemu dan dekat dengan Jiayi. Selama masa SMA pula berbagai hal Jingteng lakukan dalam upayanya mendekati Shen Jiayi. Termasuk ikut menjadi panitia acara-acara yang sebenarnya tidak terlalu menarik bagi dia, Jigteng yang awalnya tidak pandai menyani dan cuku parah dalam pelajaran seni mulai menulis lagu dan menciptakan nada. Hingga tercipta suatu lagu yang rencannanya akan dia pakai untuk mengungkapkan perasaan dia yang sebenarnya pada Jiayi setelah mereka lulus SMA.Cara yang Jingteng pakai memang terbukti ampuh Jiayi dan dia lebih dekat namun tetap saja hubungan mereka tidak jelas disebut apa.

Impian Jingteng adalah kuliah di kampus yang sama dengan Jiayi yang akhirnya puus karena Jiayi tidak diterima di kampus tersebut. Jingteng yang pantang menyerah terus mendekati Jiayi. Hubungan mereka makin sulit dideskripsikan. Ketika salah satu teman Jiayi yang jadi informan Jingteng mengabarkan kampusnya mengadakan festival perayaan ulang tahun kampus dan meminta Jingteng datang bersama Jiayi tentu saja Jingteng senang bukan kepalang. Segala hal berjalan baik sampai akhirnya suatu hal penting terjadi. Jingteng yang saat itu sudah mulai dianggi dengan sebutan Giddens mengadakan pertandingan adu jotos. Adu jotos lhoo seriusan. Dia mrasa orang-orang di kampusnya begitu membosankan karena meski hampir semua laki-laki mereka adalah jenis lelaki kutu buku. Jiayi yang mendengar hal itu langsung dari Jingteng ketika mereka bertelepon marah besar dan Jingteng tidak mau menerima kenapa pula Jiayi mesti marah padahal dalam pandangan dia itu hal keren. Kejadian itu yang membuat Jingteng memutuskan sesuatu yang sangat berat bagi hidupnya yaitu berhenti mengejar Jiayi. Keputusan yang sangat berat.

Segala kekuatan yang dia miliki telah dia pakai untuk mengejar Jiayi namun hidup herus tetap berlanjut. Maka Jingteng muai menata kembali hatinya hingga dia jadian dengan seorang gadis. Hubungan mereka bertahan hingga 8 tahun (tidak diceritakan jelas di buku ini) sebelum akhirnya mereka putus.

Titik balik dan kejujuran terungkap sesaat  setelah peristiwa gempa malam itu. Jingteng panik berusaha menghubungi orang-orang terdekatnya salah satunya Jiayi. Malam itu mereka kembali mengenang tahun-tahun itu tahun-tahun ketika sebelum kejadian adu jotos itu terjadi. Pada akhirnya memang semua terungkap mereka memilik perasaan yang sama. Jingteng yang tak pernah bertanya pada Jiayi apa jawaban dari perasaannya malam itu memberanikan diri walau ya apapun jawabannya mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing. Menyesakkan memang Jiayi ternyata juga menyukai Jingteng tapi tanpa benang merah dari dewa jodoh kata Jingteng memperjuangkan cinta itu sulit.

"Tanpa benang merah dari dewa jodoh, memperjuangkan cinta rasanya sangat sulit dan perlu melalui banyak kejadian. Aku berharap dengan tulus, "Mungkin di dunia pararel yang lain, kita bisa bersama." "...Aku sangat iri dengan mereka."ujarnya setuju.”

Akhir cerita seperti yang pernah ada di fimnya memang mereka tidak bersatu karena garis jodoh mereka tidak namun cerita ini meninggalkan kesan pada hati Jingteng alias Giddens. Dia yang begitu berharga, cause You Are The Apple of My Eye.

Alur penceritaan kisah ini maju-mundur. Pada beberapa bab, didahului oleh kegiatan penulis masa kini yang dicetak miring lalu kembali ke penceritaan masa lalu penulis. Di awal-awal, alurnya masih rapih. Terhipnotis untuk terus membaca perjuangan cinta Ke Jingteng. Namun, tiba-tiba terganggu oleh cerita yang membingungkan. Saya mengharapkan flashback kisah Ke Jingteng dengan Shen Jiayi yang bergerak teratur semakin mendekati masa kini. Sesekali kembali ke masa kini diperkenankan, tetapi penceritaan masa lalunya tetap runut. Namun, ternyata beberapa kali penulis menuturkan dengan dobelflashback, penulis menceritakan masa lalu, kemudian menceritakan kisah pada waktu sebelumnya

Dalam novel ini kita akan belajar berbagai bentuk perjuangan dalam cinta yang dilakukan oleh anak-anak sekolah. Dan saya paling suka dengan dampak positif cinta yang dirasakan oleh Ke Jingteng. Ia menjadi anak yang pintar. Kenapa? Karena Shen Jiayi adalah perempuan yang cerdas, dan cerewet. Ini membuat dia terpacu untuk semakin giat belajar agar bisa tetap nyambung saat ngobrol dengan Shen Jiayi atau agar dia bisa berbangga karena bisa menyelesaikan soal yang tidak bisa diselesaikan Shen Jiayi. Di satu bagian cerita, kita disuguhi kenangan Giddens Ko sebagai Ke Jingteng, dan di sisi lain kita akan diceritakan penggalan-penggalan proses pembuatan novel ini. Selain itu ada alur maju saat dimana Ke Jingteng bertemu lagi dengan teman-teman sekolahnya seperti A He, Liao Yinghong, Xie Mengxue, Xu Bochun, Yang Zeyu, dan sahabat-sahabat-nya yang lain, dan mereka pada akhirnya akan kembali bercerita tentang saat-saat di mana mereka menyukai Shen Jiyai.
Selain itu, renungan-renungan Ke Jingteng tentang cinta, perasaan, moment yang tepat untuk menyatakan cinta, serta  hal-hal lain menarik untuk diselami. Pendapat-pendapat yang ia kemukakan sering kali juga hingga di kepala saya untuk dipikirkan lebih mendalam. 

Quote
“Dalam percintaan, kita bisa melakukan segala macam cara untuk mengalahkan pesaing kita. Namun, usaha untuk menjaadi diri sendiri juga sangat penting.” (hal. 186)

“Namun, bukankah kalau ada seratus macam cara untuk kehilangan cinta, maka berarti ada juga seratus cara untuk mendapatkan cinta?” – Ke Jingteng (hal. 201)

“Saat menyukai seseorang, tidak ada waktu yang bisa dikatakan paling tepat untuk menunjukkannya. Kapan harus mengungkapkannya sehingga orang yang kita sukai tahu tentang perasaan kita, juga tidak aa kesempatan yang bisa dibilang paling tepat untuk melakukannya.” – Ke Jingteng (hal. 207)

“Tak peduli sekarang atau nanti, nilai adalah hal penting yang menjadi tolak ukur seorang guru terhadap muridnya.” (hal.21)

“...keduanya membuatku menyadari satu hal ini... hanya dengan ketekunan, seseorang baru bisa menikmati hasil yang indah. Hanya dengan terus tekun berusaha, seseorang baru bisa melihat dunia yang tidak terbayangkan sebelumnya.” (hal. 64)

“Di dalam hidup Li Xiaohua, mungkin aku ibarat sebuah pensil yang digunakan menggambar, digunakan jari untuk mencoret-coret suatu simbol yang tidak jelas.” (hal. 97)

“Menghindari perasaan, barulah dapat disebut sebagai masalah yang paling tidak normal. Jika orang tidak dapat merasakan kesengsaraan jiwa dalam lubuk hatinya, perasaan akan menjadi tidak legkap” (hal. 111)

“Kekuatan fisik manusia sangat besar, begitu besarnya sehingga tidak akan habis digunakan untuk tindakan-tindakan bodoh di masa muda.” (hal. 111)

 “Setiap perempuan adalah lentera hidup kami. Mereka menerangi setiap kegilaan kami untuk mengejar cinta. Membantu kami, beberapa bocah lelaki, setahap demi setahap tumbuh menjadi lelaki sejati.” (hal. 149)

“Menuliskan kenangan cintaku di buku memiliki beragam tujuan. Salah satunya, berharap setiap orang yang  membacanya bisa mendapatkan sedikit keberanian untuk mencintai.” (hal. 150)

“Kalau cinta tidak bisa membuat orang berubah menjadi seseorang yang tidak seperti biasanya, 
maka keajaiban cinta yang semacam itu sungguh terlalu lemah.... bukan cinta yang kita doakan setiap pagi dan malam yang memenuhi syarta untuk bisa dikatakan cinta.” (hal. 177)

“Di dunia ini, apakah ada hal yang disebut ‘kesempatan paling baik untuk menyatakan perasaan?’ Saat menyukai seseorang, apakah sangat penting kapan waktu yang tepat untuk memberitahukannya?” (hal. 265)

“Kalau sang perempuan juga menyukai si laki-laki, apakah menyatakan perasaan masih begitu penting?” (hal. 266)

“Jadi, cinta sejati menurutku adalah jika seorang perempuan menyukai si laki-laki, walaupun laki-laki itu menyatakan perasaannya sambil menguap, si perempuan tetap bersedia pacaran dengannya.” (hal. 267)


“Karena cara menyatakan perasaan hanyalah sebuah bentuk ungkapan, hal ini seharusnya tidak mengubah keputusannya.” (hal. 267)

0 komentar:

Posting Komentar

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

Copyright © Vanvan | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑