BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan dunia dalam segi pembangunan membawa pengaruh yang
kuat terhadap perkembangan di berbagai bidang, seperti arsitektur. Perubahan
zaman menuntut arsitek lebih berperan dalam meningkatkan kemajuan pembangunan
dalam negeri. Bersamaan dengan itu maka peran arsitek bukan hanya membangun
satu bangunan berdiri kokoh tetapi membuat bagaimana satu bangunan dapat
berdiri serta mencerminkan identitas bangsa, seperti halnya icon negeri yaitu
Monas, Tugu Tani dan lain sebagainya.
Tuntutan ini
perlu diimbangi dengan sebuah sumber daya yang dapat mendukung kinerja
arsitektur. Sumber daya yang dapat digunakan seperti pemanfaatan teknologi
dalam ilmu arsitek. Penggabung dari berbagai bidang ilmu ini dan munculnya
bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek akan mampu memfokuskan
dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
perkembangan pandangan terhadap “arsitektur” pada Global ?
2.
Apa
saja pengertian Tekno-Ekonimi dalam Teori Arsitektur ?
3.
Hubungan
Teknologi dan Arsitektur ?
4.
Apa
Perbandingan Arsitektur dahulu dan sekarang ?
5.
Peranan
Arsitektur dalam Investasi Sosial ?
C.
TUJUAN
·
Untuk
mengetahui perkembangan arsitektur di Global.
·
Untuk
mengetahui pengertian Tekno-Ekonomi dalam Teori Arsitektur.
·
Memberi
tahu apa Hubungan Teknologi dan Arsitektur.
·
Untuk
mengetahui bagaimana perbandingan arsitektur dahulu dan sekarang.
·
Memberi
tahu apa peranan arsitektur dalam investasi sosial.
·
Memenuhi
tugas besar Ilmu Sosial Dasar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN
ARISTEKTUR DAN PANDANGANNYA
Arsitektur
Barat berkembang di Eropa sebelum menyebar ke Amerika dan benua benua lainnya.
Pada awal permulaannya, profesi arsitek merupakan profesi kelas tertentu dan
merupakan profesi yang turun temurun dan atau melalui proses pemagangan dalam
waktu yang cukup lama. Revolusi Industri yang bermula di akhir abad ke 18 yang
membawa perubahan besar dalam struktur ekonomi, sosial, dan teknologi juga
memberikan dampak yang sangat besar di dalam arsitektur. Berubahnya struktur
sosial di dalam masyarakat dimana kelas menengah mulai memiliki peranan di
dalam ekonomi, dan banyak dibuatnya publikasi berkenaan dengan arsitektur,
menjadikan profesi arsitektur tidak lagi menjadi profesi eksklusif kelas
tertentu tetapi lebih terbuka bagi semua kalangan
Bangunan adalah produksi manusia
yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh
masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau
melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam
produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari
dalam pembangunan tipebangunanyang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya
/ politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai
arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang
utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara
masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat
dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.
Sebuah
tren yang sedang berkembang dalam industri konstruksi adalah harapan pelanggan
untuk pengalaman dan rasa produk, bahkan mungkin dengan cara yang
disesuaikan. Tren terakhir akan memperpanjang perlunya memasukkan tidak
hanya fungsi dan estetika, tetapi juga persepsi dan sensasi.Untuk memenuhi tren
ini, sementara pada saat yang sama meningkatkan produktivitas penggunaan
teknologi informasi seperti BIM dan platform teknis telah meningkat dalam proyek
konstruksi. Namun demikian, walaupun investasi yang besar, industri
konstruksi belum berhasil meningkatkan efektivitas dan produktivitas sebanyak
industri lain. Jelas adalah bahwa keberhasilan penggunaan teknologi
informasi bergantung pada integrasi dan kolaborasi dari berbagai ahli dalam
suatu proses berkelanjutan dan dinamis. Tim multidisiplin tersebut dapat
terorganisir dalam satu organisasi atau antara mitra bisnis. Tujuan dari
tesis master adalah untuk menyelidiki penggunaan BIM dan platform teknis dari
perspektif arsitektural.
Hal
ini dilakukan dengan mengevaluasi pengaruh dan dampak dari BIM dan platform
teknis peran arsitek dan proses kerja, mengevaluasi bagaimana BIM dan platform
teknis mempengaruhi kolaborasi dan komunikasi antara arsitek dan aktor-aktor
lain di dalam proyek dan mengevaluasi bagaimana arsitek menggunakan BIM dan
teknis arsitektur platform untuk mencapai nilai-nilai, gaya dan kualitas
desain. Tiga belas wawancara dengan peserta dalam tahap desain dua Xchange
proyek Skanska dan lima wawancara dengan pakar di bidang teknologi informasi
telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebuah organisasi
pembangunan multidisiplin, pendidikan awal, pengalaman terdahulu dan berapa
banyak peserta didorong untuk berbagi pengetahuan profesional merupakan faktor
yang memiliki dampak yang besar terhadap keberhasilan hasil akhir dari proyek
konstruksi.Selain platform teknis membatasi pilihan solusi yang mungkin,
memberi persyaratan selain proyek tradisional dan perubahan peran dalam tahap desain.Risiko
terlalu banyak mengandalkan pada teknologi mungkin akan menyebabkan penurunan
kualitas karena kurang pertanyaan. Karena bangunan dibuat dan dirancang
untuk mengalami dan hidup dalam, peserta dalam setiap tahap dari proyek
konstruksi untuk mencapai peran aktif untuk memastikan bahwa hasil akhir
memiliki kualitas hidup yang tinggi.Pengetahuan pengaruh dan profesional setiap
peserta sama pentingnya dalam tahap desain. lurus ke depan dan rencana
komunikasi sederhana terstruktur akan meminimalkan kesalahpahaman dan
memberikan setiap peserta dengan tanggung jawab yang jelas. Selain itu,
rencana kerja untuk setiap peran yang menjelaskan bagaimana sistem platform
teknis dan BIM harus digunakan, mengapa dan apa hasil yang diharapkan adalah,
akan mempermudah pemahaman.
ARCHITECTURE
IN THE PACIFIC CENTURY
Terjadi
transformasi budaya yang membuahkan arsitektur hibrida pada wilayah ini.
Kekayaan keragaman budaya akan berpengaruh pada masa perkembangan Pacific Age.
Kelahiran peradaban baru yang memelihara ide-ide dan kreativitas tepat karena
sangat kaya akan keragaman. Ini adalah awal dari Pasifik Age, usia yang akan
membuka pintu abad ke-21. Perkembangan ini ditandai dengan berdirinya gedung
Hongkong Shanghai Bank karya Norman Foster di kota Hongkong pada tahun 1986.
Kota yang sedang berkembang yang mencerminkan ekonomi harimau, Bank dikemas
dengan percaya diri, modern, dan menginspirasi arsitek dan pemimpin lokal. Jepang
yang dianggap sudah akan mulai lemai di area pacific akan digantikan oleh
ekonomi China yang akan tumbuh melibas perekonomian Amerika Serikat. China
menjadi pemicu dalam pertumbuhan ekonomi di Pasific. Seringnya kebakaran hutan
di Sumatera akan berdampak nengatif terhadap Negara-negera sekitarnya seperti
Malaysia dan Singapura, dampak kesehatan akan menurun dan berpengaruh pada
ekonomi pada kota-kota seperti Jakarta dan Kuala Lumpur, dimana kota-kota
tersebut sudah memiliki polusi udara yang buruk. Kebakaran hutan yang sangat
merugikan ini tidak pernah ditangani serius oleh pihak Indonesia. Akar penyebab
dari bencana lingkungan ini disebabkan oleh tingginya tingkat korupsi pada
birokrasi ekonomi di Negara-negara Asia Pasifik ini. Penyalahgunaan kekuasaan
dan defisiensi ekonomi menghambat perkembangan di Negara ini.
Menjadi
pertanyaan serius tentang makna “Abad Pasifik”, dan jenis arsitektur yang
berkembang pada masanya. Dimana abad ini ditandai dengan arsitektur banguan
tinggi Menara Petronas (Malaysia) dan Wolrd Fincancial Centre (China). Apakah
kemajuan ini didorong oleh budaya ekonomi, atau ada pengaruh dari perkembangan
teknologi seperti yang diungkapkan Thompson. Perkembangan politik di Indonesia
(reformasi) mungkin juga akan menjadi harapan baru bagi perkembangan di
Pacific, agar tidak terjadi bencana dan korupsi. Perkembangan evolusi manusia
terjadi secara pararel yang bersamaan dan tumpang tindih. Ada sejumlah
kemungkinan deskripsi dari ekonomi dan pola budaya yang melambangkan
pembangunan parallel di Pasifik. Empat bentuk utama dari budaya: ‘budaya
tradisional’; ‘budaya kolonial’; ‘budaya konsumen; dan ‘eco Budaya ‘ . Setiap
budaya lanjut dipecah menjadi sembilan umum kategori, dari ‘era teknologi’
melalui pola pemukiman dan dibangun bentuk yang mencirikan mereka, dimana
persamaan dan perbedaan mereka mungkin dibandingkan.
Arsitektur
memberikan gambar nyata dalam hal budaya pararel, dimana titik pertemuan nyata
antara budaya baru dan lama dan gaya hidup selaras dengan mereka. Dengan
demikian kita menemukan banyak penduduk Asia Pacific masih hidup dalam kondisi
pedesaan dan pemukiman sebuah kampung dan rumah adat, tetapi menggunakan
sepeda motor, bus atau mobil untuk bekerja di Kota atau kota terdekat,
yang mungkin didirikan dan dibentuk oleh kolonial Eropa. Kehidupan pedesaan dan
perkotaan yang berjalan seiring di Negara Asia Pacific membuahkan arsitektur
yang beragam, dimana arsitektur tradisional local tetap bertahan tetapi
arsitektur modern pun berkembang di perkotaan. Orang pedesaan membutuhkan
suasan kota sebagai tempat bekerja dan rekreasi, begitu pun sebaliknya, orang
perkotaan membutuhkan pedesaan untuk beristirahat dan liburan. Desentralisasi
industry membuat terbentuknya area-area sub-urban dan memberikan suasana dan
kelengkapan kehidupan perkotaan di area pedesaan. Peletakan posisi pusat-pusat
transportasi seperti bandara yang diluar area perkotaan turut memicu
perkembangan di area luar perkotaan dan membentuk kota satelit baru.
Implikasi
sosial dan budaya dari perkembangan ini dan pengaruhnya terhadap identitas
lokal dan regional yang hangat diperdebatkan. Arsitek dan perencana di daerah,
banyak dari mereka tetap menganut gagasan Eurocentric bentuk kota dan ruang,
sering enggan untuk menerima perubahan tersebut, dan, bukan tanpa alasan, takut
kehilangan setiap wilayah perkotaan. Kota-kota di Pasifik yang panas dan lembab
dengan tingkat polusi kendaraan yang tinggi, sekarang dipenuhi gedung-gedung
tinggi yang padat, sebenarnya tidak cocok untuk di Negara-negara tersebut.
Akhirnya kebutuhan taman-taman terbuka dibuat diatas gedung-gedung tinggi
sebagai taman dan lahan penghijauan. Pasifik Century kemungkinan besar akan
muncul sebagai gabungan dari semua empat budaya, komposit berbeda dari bagian
lain dunia, yang memiliki tradisi yang berbeda, sejarah kolonial yang berbeda,
berbeda kebiasaan, konsumen dan ekologi yang berbeda.
Dalam tulisan
ini Indonesia disinggung secara negative, dimana pembakaran hutan dan
pencemaran lingkungan merupakan dampak dari korupsi pada birokrasi di Indonesia
yang sangat kuat. Namun dijelaskan pula bahwa gejolak reformasi yang terjadi
pada tahun 1997 memberi harapan baru untuk perubahan pertumbuhan ekonomi
Indonesaia lebih baik.
Beberapa
Negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Bangkok, disinggung
tentang perkembangan arsitekturnya yang dikaitkan dengan kemajuan budaya dan
ekonomi di Pasifik, tetapi Indonesia tidak disinggung sama sekali.
B. TEKNO-EKONOMI DALAM TEORI
ARSITEKTUR
Tekno-ekonomi
dalam arsitektur merupakan peran penting dalam perkembangan arsitektur saat
ini, dimana perkembangan desain, struktur, dan material sangat dipengaruhi
perkembangan teknologi yang selanjutnya akan memacu suatu arsitektur yang baru.
Aspek
Ekonomi yang banyak mempengaruhi setiap aspek kehidupan, begitu juga pada
kehidupan ber-arsitektur. Prinsip-prinsip ekonomi harus diterapkan mulai dari
proses perancangan hingga tata laksana pembangunan agar tercipta efisiensi
dalam segala hal.
TEKNO-EKONOMI DALAM TEORI VITRUVIUS
Vitruvius
adalah merupakan pelopor arsitektur pada masa Romawi, karya tulis yang
terkenalnya adalah “The Ten Books onArchitecture”. Sebuah risalah yang ditulis
dalam bahasa Latin pada arsitektur, yang didedikasikan untuk Kaisar Augustus.
Dalam kata pengantar dari Buku I, Vitruvius mendedikasikan tulisannya sehingga
memberikan pengetahuan pribadi kualitas bangunan untuk kaisar.
Menurut
Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis
paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik
Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi
(Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi
antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur
lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi,
estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu
sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Seiring
dengan perkembangan jaman, teori arsitektur yang dikemukakan oleh Vitruvius
mengalami perkembangan juga. Berakar dari ketiga unsur arsitektur diatas dapat
dikembangkan menjadi dua elemen utama yaitu primary dan secondary element yang
saling berkaitan. Yang pertama ialah fungsi sebagai primary element yang
berkaitan dengan konteks sebagai secondary element. Pada arsitektur modern,
fungsi hanya dikaitkan dengan bentuk bangunan saja ( form follows function ),
sehingga filosofi tersebut menciptakan keseragaman antara bentuk dan fungsinya.
Kekurangannya ialah perhatian terhadap konteks tempat yang terabaikan. Terbukti
dengan kegagalan sebuah karya moderen Le corbusier di India yaitu Chandigardh
yang tidak memperhatikan konteks lokal setempat sehingga karya tersebut tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Yang kedua ialah bentuk ( form ) yang
berkaitan dengan struktur. Pemilihan struktur menentukan bentuk yang akan
terwujud, begitu juga sebaliknya dalam merancang sebuah bentuk bangunan perlu
diperhatikan juga struktur apa yang memungkinkan untuk mendukung bentuk yang
direncanakan. Bentuk-bentuk cubisme dapat diwujudkan dengan pemilihan struktur
rangka kaku, berbeda dengan bentuk-bentuk lengkung yang dapat didukung dengan
struktur yang memiliki kemampuan atau wujud melengkung seperti struktur shell,
struktur tabung, dll. Yang ketiga ialah meaning ( arti / maksud ) yang
berkaitan dengan will ( keinginan ). Dalam karya arsitektur dewasa ini, ‘arti’
dari sebuah rancangan memiliki peran penting dalam mewujudkan suatu karya yang
baik. Dalam hal ini ‘arti’ dipengaruhi oleh keinginan sang arsitek maupun
klien. Karya arsitektur yang memiliki arti ( mean ) dapat memadukan keinginan
arsitek dan keinginan klien dengan baik.
Tekno
Ekonomi dalam arsitektur berhubungan dengan perkembangan teknologi yang
berkaitan dengan struktur bangunan dan sumber daya alam maupun manusia dalam
mewujudkan suatu karya arsitektur, serta efisiensi dari struktur bangunan
sebagai aspek ekonomi yang melekat pada setiap karya arsitektur. Pada teori
yang dikemukakan Vitruvius dan perkembangannya tadi bahwa bangunan yang baik
harus memiliki keseimbangan antar keindahan, kekuatan, dan fungsi. Keindahan
diwujudkan kedalam bentuk dan kekuatan didapat oleh sistem struktur yang
memadai. Dengan demikian, posisi tekno-ekonomi di dalam teori arsitektur berada
pada lingkup venustas ( keindahan ) dan firmitas ( kekuatan ).
Pada
prinsip-prinsip teori arsitektur abad ke-20 dalam buku Le Corbusier’s Legacy,
terdapat kategori gerakan arsitektur dengan paham / filosofinya masing-masing
yang melahirkan suatu gaya arsitektur tersendiri. Diantara gaya-gaya arsitektur
tersebut yang melekat dengan aspek tekno ekonomi ialah expressionism, constructivism,
deconstructivism yang kesemuanya terlingkup pada teori arsitektur post-modern.
Arsitektur post-modern dengan berbagai paham-paham filosofinya menampilkan
karya arsitektur yang diluar tradisi masa kini. Dapat dikatakan karya-karya
yang ada sangat mengekspresikan teknologi yang canggih. Ini terbukti dengan
karya-karya yang menampilkan bentuk yang meliuk-liuk seperti contoh bangunan
museum Guggenheim karya Frank Gehry. Bentuk dan struktur utamanya tentu sangat
menuntut suatu teknologi yang canggih agar karya tersebut dapat dibangun.
Dengan
demikian, tekno-ekonomi memiliki peran penting dalam perkembangan arsitektur
dewasa ini. Perkembangan teknologi memicu adanya sumber-sumber baru baik dari
segi struktur bangunan maupun dari segi pemikiran arsitek demi mewujudkan suatu
era arsitektur yang baru. Aspek ekonomi yang selalu melekat disetiap bidang
khususnya dalam bidang arsitektur selalu mengikuti perkambangan teknologi.
Disini, efisiensi merupakan hal yang penting dalam mewujudkan suatu karya arsitektur
dengan teknologi yang mutakhir
TEKNO-EKONOMI DALAM “LE CORBUSIER’S LEGACY” – DAVID
CAPON
Pada
prinsip-prinsip teori arsitektur abad ke 20, banyak sekali unsur teknologi yang
melekat pada setiap karya dan filosofi desain yang ditampilakan arsitek pada
masa tersebut. Gaya arsitektur yang menerapkan teknologi ini menciptakan
pahan filosofinya masing-masing, seperti : dekonstruksi, expresionis,
contructivism.
Arsitektur
post-modern ini sangat syarat mengekspresikan kemajuan teknologi yang canggih,
hal ini dapat kita lihat pada beberapa karya arsitek seperti; Frank Gehry,
Norman Foster, dll. Karya-karya arsitektur ini terlihat sangat menuntut
konstruksi yang rumit yang hanya dapat dipecahkan oleh teknologi yang tinggi,
seperti halnya Walt Disney Opera House yang memilik bentuk yang sangat rumit
tersebut.
Dengan
teknologi computer ini akan menghasilkan struktur yang efisien dan baik,
sehingga tentu saja akan membuahkan efisiensi kerja, durasi pelaksanaan,
efiesiensi material yang sangat baik. Secara langsung teknologi maju dalam
arsitektur tentu saja akan menghasilkan prinsip ekonomi yang baik pula.
C. TEKNOLOGI INFORMASI DALAM
BIDANG ARSITEKTUR
Teknologi,
di pihak lain, adalah aplikasi dari prinsip-prinsip keilmuan, sehingga
menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan manusia. Aplikasi
prinsip-prinsip ini dapat dalam lapangan teknik maupun sosial. (supriadi,
1994;116).
Terkait
teknologi, komputer dalam dunia arsitektur telah dimulai sejak komputer
ditemukan. Bentuk keterlibatan itu tentu tidak sama dengan yang kita pikirkan
saat ini. komputer generasi terkini menghasilkan gambar-gambar yang sangat
realistis, itu seolah-olah menjadi bukti dominan keterlibatan komputer dalam
arsitektur. Sedangkan komputer generasi terdahulunya, pertama kali komputer terlibat
dalam desain arsitektur dalam bentuk bantuan menghitung konstruksi,
penggambaran dan semacamnya.
Proses
arsitektur memanfaatkan komputer sejalan dengan perkembangan kemampuan
komputer. Saat komputer generasi baru mampu melakukan perhitungan berat seperti
yang diperlukan pada proses render arsitektur 3D, maka dunia desain arsitektur
menanggapi dengan optimis dan ketertarikan yang tinggi. Dari hal tersebut
gambar-gambar presentasi desain arsitektur nyaris tidak dapat dibedakan dengan
kondisi nyata. Jika kita memakai proses desain yang paling sederhana, yang
telah dipakai oleh para arsitek sejak ratusan tahun yang lalu, maka terlihat
bahwa komputer dapat berperan di tahap mana saja.
Proses
tersebut meliputi : analisis masalah, sintesis pemecahan masalah, evaluasi dan
mengkomunikasikan tahapan-tahapan tersebut. Seberapa jauh peran tersebut akan
tergantung dari ke dua pihak, yaitu kreativitas arsitek dan kemajuan teknologi
komputer (digital) (Satwiko, 2010; 11).
Dikaitkan
dengan kedudukan seni dalam era globalisasi, pada buku persoalan-persoalan
dasar estetika karangan Marcia Muelder Eaton diuraikan, Weitz percaya bahwa
sifat kreatif seni tidak butuh untuk didefinisikan:”yang paling jauh dari
petualangan seni adalah perubahannya yang terus berlangsung dan kreasi barunya
menjadikannya tidak mungkin secara logis menjamin suatu perangkat ciri yang
dapat didefinisikan” (Muelder, 2010:10).
Untuk
itu kreatif seni bisa juga dikaitkan dengan kreativitas desain dan arsitektur
yang butuh sebuah perubahan dengan seiring teknologi dan informasi yang
berkembang.
Implementasi
perkembangan teknologi informasi memberi dampak pada perancangan arsitektur
melalui beragam aspek seperti:
- Penyebaran informasi
langsung (real time) melalui internet; hanya dengan beberapa ‘klik’
pada mouse seseorang dapat berselancar di internet, menemukan dan melihat
gaya-gaya arsitektur terbaru dari seluruh bagian dunia. Ini menyebabkan
perancangan arsitektur menjadi mendunia (global).
- Menawarkan kemampuan baru
dalam mengembangkan bentuk-bentuk geometri yang rumit; komputer-komputer
baru yang sangat kuat menjadikan bentuk-bentuk bangunan yang secara
geometris sulit menjadi lebih mudah dibuat.
- Menawarkan kemampuan baru
dalam menghitung aspek-aspek kuantitatif perancangan (environmental,
konstruksi, dll)
- Kebutuhan dunia akan
arsitektur yang ramah lingkungan telah mendorong para arsitek merancang
bangunan-bangunan yang lebih ramah lingkungan, hemat energy, dll. Computer
menjadikan tugas yang rumit bila dikerjakan secara manual menjadi jauh
lebih mudah, presisi, akurat, cepat dan menyenangkan (2010; 48)
Satwiko
dalam buku arsitektur digital menyebutkan, bila dibuat garis besar, pemanfaatan
teknologi informasi pada kerja arsitek dapat ditemui pada aktivitas berikut
(bukan merupakan urutan baku);
- Komunikasi (surat menyurat,
konsultasi, baik tertulis maupun tergambar dengan sarana manual maupunelectronic
mail),
- Pencarian Data (iklim,
topografi, jaringan transportasi, jaringan utilitas, sebaran penduduk,
peraturan daerah, produk bahan, hasil penelitian, dll.),
- Pembuatan Sketsa Awal
(gagasan awal untuk diskusi dengan klien maupun tim perencana baik secara
2D, 3D, animasi maupun virtual reality),
- Perhitungan-perhitungan
(konstruksi, biaya, fisika bangunan, utilitas, energy, pencemaran)
- Pengembangan Desain (menuju
ke karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk animasi maupun virtual
reality yang dapat dilakukan secara manual maupun otomatis denganteknik
morphing),
- Pengenalan Pemanfaatan
Teknologi Baru dalam Bangunan (solar energy, intelligent/smart
buildings),
- Presentasi (penyajian produk
desain akhir),
- Pembuatan gambar kerja, dan
- Pengarsipan Karya Desain
(menyimpan karya desain secara sistematis dan aman untuk dipergunakan di
lain waktu).
Karena
kedudukan teknis desain interior dan arsitektur hampir sama, maka dalam
pemaparan tersebut diatas, implementasi teknologi dan informasi jika diterapkan
dalam bidang desain interior dan arsitek di era globalisasi adalah sebagai
berikut:
- Komunikasi
Dalam
hal komunikasi, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang
adalah: dahulu para desainer dan arsitek dalam membahas perancangannya dengan
klien menggunakan media surat, wesel dengan jasa kantor pos atau dari orang ke
orang dan telephone. Kini desainer dan arsitek secara cepat dan efesiennya
menggunakan layanan internet, media social network, handphone,
telephone dan lain-lain, terkecuali beberapa diantaranya untuk dokumen hard
copyberupa gambar jilid dan presentasi tetap melalui jasa pengiriman dari
orang ke orang dan jasa kantor pos.
2. Pencarian Data
Dalam
hal Pencarian Data, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era
sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, mengumpulkan data lebih
memanfaatkan catatan tangan dan menggali informasi pada pilihan sumber
tertentu, kini melalui komputer dan virtual berupa internet pencarian data
dapat diakses secara mudah dan cepat dengan banyak informasi yang mendukung
mengenai data yang digali.
3. Pembuatan Sketsa Awal (gagasan
awal untuk diskusi dengan klien maupun tim perencana baik secara 2D, 3D,
animasi maupun virtual reality),
Dalam
hal pembuatan sketsa awal, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era
sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam membuat konsep
menggunakan sketsa tangan, dan visualisasi warna menggunakan, pencil warna,
spidol, cat air, cat minyak, sedangkan era sekarang pembuatan sketsa bukan saja
manual akan tetapi bisa melalui media smart phone, net book dan computer serta
berbagai pengolahan data dengan software-software yang berkaitan dengan desain
interior. Divisualisasikan melalui olahan render, salah satunya yakni software
3D Max.
4. Perhitungan-perhitungan
(konstruksi, biaya, fisika bangunan, utilitas, energy, pencemaran)
Dalam
hal perhitungan-perhitungan, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan
era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, perhitungan biaya bisa
menggunakan mesin hitung, kini ada beberapa mesin hitung yang bias diadopsi
dari software-sofware terkait beitupun juga perhitungan konstruksi.
5. Pengembangan Desain (menuju ke
karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk animasi maupun virtual reality
yang dapat dilakukan secara manual maupun otomatis denganteknik morphing),
Dalam
pengembangan desain, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era
sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam pengembangan desain
bisa saja menggunakan sketsa dan gambar dengan bantuan meja gambar teknik, kini
diera sekarang lebih terpadunya menggunakan sketsa, gambar kerja dengan bantuan
komputer dengan software Auto Cad, 3D Max, Sketchup, dengan file berupa soft
copy dan hard copy berupa hasil print. Pada proyek besar kini animasi juga
dilibatkan untuk lebih terpadunya keseluruhan pengembangan desain yang ingin
dipresentasikan.
6. Pengenalan Pemanfaatan Teknologi
Baru dalam Bangunan (solar energy, intelligent/smart buildings),
Dalam
pemanfaatan teknologi baru, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era
sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam pemanfaatan teknologi
sebelum isu mengenai global warming, masih focus terhadap hal-hal yang bersifat
eksplotasi material bangunan, kini dengan isu-isu mengenai konsep green
design, para desainer dan arsitek sudah mulai memikirkan teknologi
baru, contohnya pemanfaatan sinar matahari dan diolah sebagai energi, sehingga
dalam perwujudan desain harus mempertimbangkan penyelamatan lingkungan.
7. Presentasi (penyajian produk
desain akhir),
Dalam
Presentasi, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang
adalah: dahulu para desainer dan arsitek dalam mempresentasikan desain masih
berupa media yang didukung keterampilan tangan atau manual, kini dengan
komputer berupa software auto cad, 3D Max, sketchup,3D
Maya, dan virtual pendukung lainnya, presentasi dapat lebih mudah
menerjemahkan maksud desainer/arsitek ataupun menerjemahkan keinginan klien,
akurasi gambar lebih tepat dan visualisai lebih nyata. Sehingga bagi klien yang
sedikit awam tidak kebingungan untuk mengerti presentasi desain yang disajikan.
8. Pembuatan gambar kerja
Dalam
pembuatan gambar kerja, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era
sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek membuat gambar kerja dengan
bantuan meja gambar teknik, sedangkan kini meja gambar teknik sedikit-demi
sedikit mulai ditinggalkan diganti dengan software autocadpada
komputer untuk mendapatkan akurasi dan kecepatan penyelesaian gambar kerja.
Akan tetapi pembuatan gambar kerja dalam hal perkuliahan masih dimanfaatkan
pada mahasiswa semester-semester kecil sebagai latihan tangan dalam mengolah
ketegasan garis mahasiswa.
9. Pengarsipan Karya Desain (menyimpan
karya desain secara sistematis dan aman untuk dipergunakan di lain waktu).
Dalam
pengarsipan karya desain, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era
sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek sebelum ada komputer generasi
baru yang bisa menjalankan software menggambar, arsip-arsip disimpan pada rack
dan almari simpan, kini pengarsipan secara sistematis bias disimpan di komputer
pada folder-folder berupa soft copy dan internet melalui email, arsip-arsip
dalam bentuk Hard copy juga masih dibutuhkan, sebagai bagian dari portfolio.
File-file di komputer dikatakan aman apabila juga di transfer datanya pada
cd/dvd untuk antisipasi kerusakan dari komputer.
D. PERBANDINGAN ANTARA DESAIN
ARSITEKTUR DAHULU DAN SEKARANG (KOMPUTERISASI)
Pembuatan
Sketsa Awal (gagasan awal untuk diskusi dengan klien maupun tim perencana baik
secara 2D, 3D, animasi maupun virtual reality), Dalam hal pembuatan
sketsa awal, hasil analisis, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah:
dahulu para arsitek, dalam membuat konsep menggunakan sketsa tangan, dan
visualisasi warna menggunakan, pencil warna, spidol, cat air, cat minyak,
sedangkan era sekarang pembuatan sketsa bukan saja manual akan tetapi bisa
melalui media smart phone, net book dan computer serta berbagai pengolahan data
dengan software-software yang berkaitan dengan desain interior.
Divisualisasikan melalui olahan render, salah satunya yakni software AutoCad.
Perhitungan-perhitungan
(konstruksi, fisika bangunan), Dalam hal perhitungan-perhitungan, hasil analisi,
dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek,
perhitungan biaya bisa menggunakan mesin hitung, kini ada beberapa mesin hitung
yang bias diadopsi dari software-sofware terkait beitupun juga perhitungan
konstruksi.
Pengembangan
Desain (menuju ke karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk animasi maupun
virtual reality yang dapat dilakukan secara manual maupun otomatis denganteknik
morphing), Dalam pengembangan desain, hasil analisis, dibandingkan dahulu
dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek, dalam pengembangan desain bisa
saja menggunakan sketsa dan gambar dengan bantuan meja gambar teknik, kini
diera sekarang lebih terpadunya menggunakan sketsa, gambar kerja dengan bantuan
komputer dengan software Auto Cad, 3D Max, Sketchup, dengan file berupa soft
copy dan hard copy berupa hasil print. Pada proyek besar kini animasi juga
dilibatkan untuk lebih terpadunya keseluruhan pengembangan desain yang ingin
dipresentasikan.
Presentasi
(penyajian produk desain akhir), Dalam Presentasi, hasil analisis, dibandingkan
dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek dalam mempresentasikan
desain masih berupa media yang didukung keterampilan tangan atau manual, kini
dengan komputer berupa software auto cad, 3D Max, sketchup,3D
Maya, dan virtual pendukung lainnya, presentasi dapat lebih mudah
menerjemahkan maksud desainer/arsitek ataupun menerjemahkan keinginan klien,
akurasi gambar lebih tepat dan visualisai lebih nyata. Sehingga bagi klien yang
sedikit awam tidak kebingungan untuk mengerti presentasi desain yang disajikan.
Pembuatan
gambar kerja, Dalam pembuatan gambar kerja, hasil analisis, dibandingkan dahulu
dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek membuat gambar kerja dengan
bantuan meja gambar teknik, sedangkan kini meja gambar teknik sedikit-demi
sedikit mulai ditinggalkan diganti dengan software autocad pada
komputer untuk mendapatkan akurasi dan kecepatan penyelesaian gambar kerja.
Akan tetapi pembuatan gambar kerja dalam hal perkuliahan masih dimanfaatkan
pada mahasiswa semester-semester kecil sebagai latihan tangan dalam mengolah
ketegasan garis mahasiswa.
Pengarsipan
Karya Desain (menyimpan karya desain secara sistematis dan aman untuk
dipergunakan di lain waktu). Dalam pengarsipan karya desain, hasil analisis,
dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek sebelum ada
komputer generasi baru yang bisa menjalankan software menggambar, arsip-arsip
disimpan pada rack dan almari simpan, kini pengarsipan secara sistematis bias
disimpan di komputer pada folder-folder berupa soft copy dan internet melalui
email, arsip-arsip dalam bentuk Hard copy juga masih dibutuhkan, sebagai bagian
dari portfolio. File-file di komputer dikatakan aman apabila juga di transfer
datanya pada cd/dvd untuk antisipasi kerusakan dari komputer.
E. PERANAN
ARSITEKTUR DALAM PERANAN SOSIAL
Peranan arsistektur dalam
investasi sosial adalah pada disain bangunan yang mendukung konsep CSR maupun
CBD, misalnya konsep disain arsitektur yang terbuka dan akomodatif terhadap
aspirasi masyarakat lokal (dilingkungan proyek). Disain aristektur yang mampu
menumbuhkan interaksi dan kebersamaan antar komunitas masyarakat, dan
masyarakat dengan pihak perusahaan dan pengelola proyek. Disain arsitektur yang
seoptimal mungkin mengiliminasi pencemaran sosial misal tumbuhnya tempat
prostitusi dan tumbuhnya pemukiman kumuh di lingkungan proyek. Arsitektur yang
peduli terhadap kebutuhan sosial spiritual masyarakat lingkungan proyek misal
dengan alokasi ruang/bangunan tempat ibadah dan sarana prasarana umum. Peranan
arsitektur dalam investasi sosial sejalan dengan fungsi arsitektur, yang antara
lain mempunyai fungsi sosial, bahwa kehadiran arsitektur mesti meningkatkan
kualitas lingkungan sosialnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Teknologi
dan ekonomi dalam arsitektur merupakan peran penting dalam perkembangan
arsitektur saat ini, dimana perkembangan desain, struktur, dan material sangat
dipengaruhi perkembangan teknologi yang selanjutnya akan memacu suatu
arsitektur yang baru.
B.
Saran
§ Pada
saat mendesain untuk mendapatkan suatu project lebih baik, terlebih dahulu
memilah-milah project yang kita dapat, sehingga kita dapat memutuskan membuat
suatu bangunan dengan secara manual atau dengan software aplikasi.
§ Dapat
mengembangkan pemikiran tentang arsitektur kedepannya dengan memikirkan
teknologi dan ekonomi yang ada serta menerapkannya dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar