Sabtu, 23 Januari 2016

Arsitektur terhadap Teknologi dan Ekonomi

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia dalam segi pembangunan membawa pengaruh yang kuat terhadap perkembangan di berbagai bidang, seperti arsitektur. Perubahan zaman menuntut arsitek lebih berperan dalam meningkatkan kemajuan pembangunan dalam negeri. Bersamaan dengan itu maka peran arsitek bukan hanya membangun satu bangunan berdiri kokoh tetapi membuat bagaimana satu bangunan dapat berdiri serta mencerminkan identitas bangsa, seperti halnya icon negeri yaitu Monas, Tugu Tani dan lain sebagainya.
Tuntutan ini perlu diimbangi dengan sebuah sumber daya yang dapat mendukung kinerja arsitektur. Sumber daya yang dapat digunakan seperti pemanfaatan teknologi dalam ilmu arsitek. Penggabung dari berbagai bidang ilmu ini dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek akan mampu memfokuskan dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana perkembangan pandangan terhadap “arsitektur” pada Global ?
2.      Apa saja pengertian Tekno-Ekonimi dalam Teori Arsitektur ?
3.      Hubungan Teknologi dan Arsitektur ?
4.      Apa Perbandingan Arsitektur dahulu dan sekarang ?
5.      Peranan Arsitektur dalam Investasi Sosial ?

C.     TUJUAN
·         Untuk mengetahui perkembangan arsitektur di Global.
·         Untuk mengetahui pengertian Tekno-Ekonomi dalam Teori Arsitektur.
·         Memberi tahu apa Hubungan Teknologi dan Arsitektur.
·         Untuk mengetahui bagaimana perbandingan arsitektur dahulu dan sekarang.
·         Memberi tahu apa peranan arsitektur dalam investasi sosial.
·         Memenuhi tugas besar Ilmu Sosial Dasar


BAB II
PEMBAHASAN

A.     PERKEMBANGAN ARISTEKTUR DAN PANDANGANNYA

Arsitektur Barat berkembang di Eropa sebelum menyebar ke Amerika dan benua benua lainnya. Pada awal permulaannya, profesi arsitek merupakan profesi kelas tertentu dan merupakan profesi yang turun temurun dan atau melalui proses pemagangan dalam waktu yang cukup lama. Revolusi Industri yang bermula di akhir abad ke 18 yang membawa perubahan besar dalam struktur ekonomi, sosial, dan teknologi juga memberikan dampak yang sangat besar di dalam arsitektur. Berubahnya struktur sosial di dalam masyarakat dimana kelas menengah mulai memiliki peranan di dalam ekonomi, dan banyak dibuatnya publikasi berkenaan dengan arsitektur, menjadikan profesi arsitektur tidak lagi menjadi profesi eksklusif kelas tertentu tetapi lebih terbuka bagi semua kalangan
Bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipebangunanyang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.
Sebuah tren yang sedang berkembang dalam industri konstruksi adalah harapan pelanggan untuk pengalaman dan rasa produk, bahkan mungkin dengan cara yang disesuaikan. Tren terakhir akan memperpanjang perlunya memasukkan tidak hanya fungsi dan estetika, tetapi juga persepsi dan sensasi.Untuk memenuhi tren ini, sementara pada saat yang sama meningkatkan produktivitas penggunaan teknologi informasi seperti BIM dan platform teknis telah meningkat dalam proyek konstruksi. Namun demikian, walaupun investasi yang besar, industri konstruksi belum berhasil meningkatkan efektivitas dan produktivitas sebanyak industri lain. Jelas adalah bahwa keberhasilan penggunaan teknologi informasi bergantung pada integrasi dan kolaborasi dari berbagai ahli dalam suatu proses berkelanjutan dan dinamis. Tim multidisiplin tersebut dapat terorganisir dalam satu organisasi atau antara mitra bisnis. Tujuan dari tesis master adalah untuk menyelidiki penggunaan BIM dan platform teknis dari perspektif arsitektural.
Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi pengaruh dan dampak dari BIM dan platform teknis peran arsitek dan proses kerja, mengevaluasi bagaimana BIM dan platform teknis mempengaruhi kolaborasi dan komunikasi antara arsitek dan aktor-aktor lain di dalam proyek dan mengevaluasi bagaimana arsitek menggunakan BIM dan teknis arsitektur platform untuk mencapai nilai-nilai, gaya dan kualitas desain. Tiga belas wawancara dengan peserta dalam tahap desain dua Xchange proyek Skanska dan lima wawancara dengan pakar di bidang teknologi informasi telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebuah organisasi pembangunan multidisiplin, pendidikan awal, pengalaman terdahulu dan berapa banyak peserta didorong untuk berbagi pengetahuan profesional merupakan faktor yang memiliki dampak yang besar terhadap keberhasilan hasil akhir dari proyek konstruksi.Selain platform teknis membatasi pilihan solusi yang mungkin, memberi persyaratan selain proyek tradisional dan perubahan peran dalam tahap desain.Risiko terlalu banyak mengandalkan pada teknologi mungkin akan menyebabkan penurunan kualitas karena kurang pertanyaan. Karena bangunan dibuat dan dirancang untuk mengalami dan hidup dalam, peserta dalam setiap tahap dari proyek konstruksi untuk mencapai peran aktif untuk memastikan bahwa hasil akhir memiliki kualitas hidup yang tinggi.Pengetahuan pengaruh dan profesional setiap peserta sama pentingnya dalam tahap desain. lurus ke depan dan rencana komunikasi sederhana terstruktur akan meminimalkan kesalahpahaman dan memberikan setiap peserta dengan tanggung jawab yang jelas. Selain itu, rencana kerja untuk setiap peran yang menjelaskan bagaimana sistem platform teknis dan BIM harus digunakan, mengapa dan apa hasil yang diharapkan adalah, akan mempermudah pemahaman.

ARCHITECTURE IN THE PACIFIC CENTURY
Terjadi transformasi budaya yang membuahkan arsitektur hibrida pada wilayah ini. Kekayaan keragaman budaya akan berpengaruh pada masa perkembangan Pacific Age. Kelahiran peradaban baru yang memelihara ide-ide dan kreativitas tepat karena sangat kaya akan keragaman. Ini adalah awal dari Pasifik Age, usia yang akan membuka pintu abad ke-21. Perkembangan ini ditandai dengan berdirinya gedung Hongkong Shanghai Bank karya Norman Foster di kota Hongkong pada tahun 1986. Kota yang sedang berkembang yang mencerminkan ekonomi harimau, Bank dikemas dengan percaya diri, modern, dan menginspirasi arsitek dan pemimpin lokal. Jepang yang dianggap sudah akan mulai lemai di area pacific akan digantikan oleh ekonomi China yang akan tumbuh melibas perekonomian Amerika Serikat. China menjadi pemicu dalam pertumbuhan ekonomi di Pasific. Seringnya kebakaran hutan di Sumatera akan berdampak nengatif terhadap Negara-negera sekitarnya seperti Malaysia dan Singapura, dampak kesehatan akan menurun dan berpengaruh pada ekonomi pada kota-kota seperti Jakarta dan Kuala Lumpur, dimana kota-kota tersebut sudah memiliki polusi udara yang buruk. Kebakaran hutan yang sangat merugikan ini tidak pernah ditangani serius oleh pihak Indonesia. Akar penyebab dari bencana lingkungan ini disebabkan oleh tingginya tingkat korupsi pada birokrasi ekonomi di Negara-negara Asia Pasifik ini. Penyalahgunaan kekuasaan dan defisiensi ekonomi menghambat perkembangan di Negara ini.
Menjadi pertanyaan serius tentang makna “Abad Pasifik”, dan jenis arsitektur yang berkembang pada masanya. Dimana abad ini ditandai dengan arsitektur banguan tinggi Menara Petronas (Malaysia) dan Wolrd Fincancial Centre (China). Apakah kemajuan ini didorong oleh budaya ekonomi, atau ada pengaruh dari perkembangan teknologi seperti yang diungkapkan Thompson. Perkembangan politik di Indonesia (reformasi) mungkin juga akan menjadi harapan baru bagi perkembangan di Pacific, agar tidak terjadi bencana dan korupsi. Perkembangan evolusi manusia terjadi secara pararel yang bersamaan dan tumpang tindih. Ada sejumlah kemungkinan deskripsi dari ekonomi dan pola budaya yang melambangkan pembangunan parallel di Pasifik. Empat bentuk utama dari budaya: ‘budaya tradisional’; ‘budaya kolonial’; ‘budaya konsumen; dan ‘eco Budaya ‘ . Setiap budaya lanjut dipecah menjadi sembilan umum kategori, dari ‘era teknologi’ melalui pola pemukiman dan dibangun bentuk yang mencirikan mereka, dimana persamaan dan perbedaan mereka mungkin dibandingkan.
Arsitektur memberikan gambar nyata dalam hal budaya pararel, dimana titik pertemuan nyata antara budaya baru dan lama dan gaya hidup selaras dengan mereka. Dengan demikian kita menemukan banyak penduduk Asia Pacific masih hidup dalam kondisi pedesaan dan pemukiman sebuah kampung dan rumah adat,  tetapi menggunakan  sepeda motor, bus atau mobil untuk bekerja di Kota atau kota terdekat, yang mungkin didirikan dan dibentuk oleh kolonial Eropa. Kehidupan pedesaan dan perkotaan yang berjalan seiring di Negara Asia Pacific membuahkan arsitektur yang beragam, dimana arsitektur tradisional local tetap bertahan tetapi arsitektur modern pun berkembang di perkotaan. Orang pedesaan membutuhkan suasan kota sebagai tempat bekerja dan rekreasi, begitu pun sebaliknya, orang perkotaan membutuhkan pedesaan untuk beristirahat dan liburan. Desentralisasi industry membuat terbentuknya area-area sub-urban dan memberikan suasana dan kelengkapan kehidupan perkotaan di area pedesaan. Peletakan posisi pusat-pusat transportasi seperti bandara yang diluar area perkotaan turut memicu perkembangan di area luar perkotaan dan membentuk kota satelit baru.
Implikasi sosial dan budaya dari perkembangan ini dan pengaruhnya terhadap identitas lokal dan regional yang hangat diperdebatkan. Arsitek dan perencana di daerah, banyak dari mereka tetap menganut gagasan Eurocentric bentuk kota dan ruang, sering enggan untuk menerima perubahan tersebut, dan, bukan tanpa alasan, takut kehilangan setiap wilayah perkotaan. Kota-kota di Pasifik yang panas dan lembab dengan tingkat polusi kendaraan yang tinggi, sekarang dipenuhi gedung-gedung tinggi yang padat, sebenarnya tidak cocok untuk di Negara-negara tersebut. Akhirnya kebutuhan taman-taman terbuka dibuat diatas gedung-gedung tinggi sebagai taman dan lahan penghijauan. Pasifik Century kemungkinan besar akan muncul sebagai gabungan dari semua empat budaya, komposit berbeda dari bagian lain dunia, yang memiliki tradisi yang berbeda, sejarah kolonial yang berbeda, berbeda kebiasaan, konsumen dan ekologi yang berbeda.

Dalam tulisan ini Indonesia disinggung secara negative, dimana pembakaran hutan dan pencemaran lingkungan merupakan dampak dari korupsi pada birokrasi di Indonesia yang sangat kuat. Namun dijelaskan pula bahwa gejolak reformasi yang terjadi pada tahun 1997 memberi harapan baru untuk perubahan pertumbuhan ekonomi Indonesaia lebih baik.
Beberapa Negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Bangkok, disinggung tentang perkembangan arsitekturnya yang dikaitkan dengan kemajuan budaya dan ekonomi di Pasifik, tetapi Indonesia tidak disinggung sama sekali.

B.     TEKNO-EKONOMI DALAM TEORI ARSITEKTUR
Tekno-ekonomi dalam arsitektur merupakan peran penting dalam perkembangan arsitektur saat ini, dimana perkembangan desain, struktur, dan material sangat dipengaruhi perkembangan teknologi yang selanjutnya akan memacu suatu arsitektur yang baru.
Aspek Ekonomi yang banyak mempengaruhi setiap aspek kehidupan, begitu juga pada kehidupan ber-arsitektur. Prinsip-prinsip ekonomi harus diterapkan mulai dari proses perancangan hingga tata laksana pembangunan agar tercipta efisiensi dalam segala hal.

TEKNO-EKONOMI DALAM TEORI VITRUVIUS
Vitruvius adalah merupakan pelopor arsitektur pada masa Romawi, karya tulis yang terkenalnya adalah “The Ten Books onArchitecture”. Sebuah risalah yang ditulis dalam bahasa Latin pada arsitektur, yang didedikasikan untuk Kaisar Augustus. Dalam kata pengantar dari Buku I, Vitruvius mendedikasikan tulisannya sehingga memberikan pengetahuan pribadi kualitas bangunan untuk kaisar.
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Seiring dengan perkembangan jaman, teori arsitektur yang dikemukakan oleh Vitruvius mengalami perkembangan juga. Berakar dari ketiga unsur arsitektur diatas dapat dikembangkan menjadi dua elemen utama yaitu primary dan secondary element yang saling berkaitan. Yang pertama ialah fungsi sebagai primary element yang berkaitan dengan konteks sebagai secondary element. Pada arsitektur modern, fungsi hanya dikaitkan dengan bentuk bangunan saja ( form follows function ), sehingga filosofi tersebut menciptakan keseragaman antara bentuk dan fungsinya. Kekurangannya ialah perhatian terhadap konteks tempat yang terabaikan. Terbukti dengan kegagalan sebuah karya moderen Le corbusier di India yaitu Chandigardh yang tidak memperhatikan konteks lokal setempat sehingga karya tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Yang kedua ialah bentuk ( form ) yang berkaitan dengan struktur. Pemilihan struktur menentukan bentuk yang akan terwujud, begitu juga sebaliknya dalam merancang sebuah bentuk bangunan perlu diperhatikan juga struktur apa yang memungkinkan untuk mendukung bentuk yang direncanakan. Bentuk-bentuk cubisme dapat diwujudkan dengan pemilihan struktur rangka kaku, berbeda dengan bentuk-bentuk lengkung yang dapat didukung dengan struktur yang memiliki kemampuan atau wujud melengkung seperti struktur shell, struktur tabung, dll. Yang ketiga ialah meaning ( arti / maksud ) yang berkaitan dengan will ( keinginan ). Dalam karya arsitektur dewasa ini, ‘arti’ dari sebuah rancangan memiliki peran penting dalam mewujudkan suatu karya yang baik. Dalam hal ini ‘arti’ dipengaruhi oleh keinginan sang arsitek maupun klien. Karya arsitektur yang memiliki arti ( mean ) dapat memadukan keinginan arsitek dan keinginan klien dengan baik.

Tekno Ekonomi dalam arsitektur berhubungan dengan perkembangan teknologi yang berkaitan dengan struktur bangunan dan sumber daya alam maupun manusia dalam mewujudkan suatu karya arsitektur, serta efisiensi dari struktur bangunan sebagai aspek ekonomi yang melekat pada setiap karya arsitektur. Pada teori yang dikemukakan Vitruvius dan perkembangannya tadi bahwa bangunan yang baik harus memiliki keseimbangan antar keindahan, kekuatan, dan fungsi. Keindahan diwujudkan kedalam bentuk dan kekuatan didapat oleh sistem struktur yang memadai. Dengan demikian, posisi tekno-ekonomi di dalam teori arsitektur berada pada lingkup venustas ( keindahan ) dan firmitas ( kekuatan ).

Pada prinsip-prinsip teori arsitektur abad ke-20 dalam buku Le Corbusier’s Legacy, terdapat kategori gerakan arsitektur dengan paham / filosofinya masing-masing yang melahirkan suatu gaya arsitektur tersendiri. Diantara gaya-gaya arsitektur tersebut yang melekat dengan aspek tekno ekonomi ialah expressionism, constructivism, deconstructivism yang kesemuanya terlingkup pada teori arsitektur post-modern. Arsitektur post-modern dengan berbagai paham-paham filosofinya menampilkan karya arsitektur yang diluar tradisi masa kini. Dapat dikatakan karya-karya yang ada sangat mengekspresikan teknologi yang canggih. Ini terbukti dengan karya-karya yang menampilkan bentuk yang meliuk-liuk seperti contoh bangunan museum Guggenheim karya Frank Gehry. Bentuk dan struktur utamanya tentu sangat menuntut suatu teknologi yang canggih agar karya tersebut dapat dibangun.

Dengan demikian, tekno-ekonomi memiliki peran penting dalam perkembangan arsitektur dewasa ini. Perkembangan teknologi memicu adanya sumber-sumber baru baik dari segi struktur bangunan maupun dari segi pemikiran arsitek demi mewujudkan suatu era arsitektur yang baru. Aspek ekonomi yang selalu melekat disetiap bidang khususnya dalam bidang arsitektur selalu mengikuti perkambangan teknologi. Disini, efisiensi merupakan hal yang penting dalam mewujudkan suatu karya arsitektur dengan teknologi yang mutakhir


TEKNO-EKONOMI DALAM “LE CORBUSIER’S LEGACY” – DAVID CAPON
Pada prinsip-prinsip teori arsitektur abad ke 20, banyak sekali unsur teknologi yang melekat pada setiap karya dan filosofi desain yang ditampilakan arsitek pada masa tersebut.  Gaya arsitektur yang menerapkan teknologi ini menciptakan pahan filosofinya masing-masing, seperti : dekonstruksi, expresionis, contructivism.
Arsitektur post-modern ini sangat syarat mengekspresikan kemajuan teknologi yang canggih, hal ini dapat kita lihat pada beberapa karya arsitek seperti; Frank Gehry, Norman Foster, dll. Karya-karya arsitektur ini terlihat sangat menuntut konstruksi yang rumit yang hanya dapat dipecahkan oleh teknologi yang tinggi, seperti halnya Walt Disney Opera House yang memilik bentuk yang sangat rumit tersebut.
Dengan teknologi computer ini akan menghasilkan struktur yang efisien dan baik, sehingga tentu saja akan membuahkan efisiensi kerja, durasi pelaksanaan, efiesiensi material yang sangat baik. Secara langsung teknologi maju dalam arsitektur tentu saja akan menghasilkan prinsip ekonomi yang baik pula.


C.     TEKNOLOGI  INFORMASI DALAM BIDANG ARSITEKTUR
Teknologi, di pihak lain, adalah aplikasi dari prinsip-prinsip keilmuan, sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan manusia. Aplikasi prinsip-prinsip ini dapat dalam lapangan teknik maupun sosial. (supriadi, 1994;116).
Terkait teknologi, komputer dalam dunia arsitektur telah dimulai sejak komputer ditemukan. Bentuk keterlibatan itu tentu tidak sama dengan yang kita pikirkan saat ini. komputer generasi terkini menghasilkan gambar-gambar yang sangat realistis, itu seolah-olah menjadi bukti dominan keterlibatan komputer dalam arsitektur. Sedangkan komputer generasi terdahulunya, pertama kali komputer terlibat dalam desain arsitektur dalam bentuk bantuan menghitung konstruksi, penggambaran dan semacamnya.
Proses arsitektur memanfaatkan komputer sejalan dengan perkembangan kemampuan komputer. Saat komputer generasi baru mampu melakukan perhitungan berat seperti yang diperlukan pada proses render arsitektur 3D, maka dunia desain arsitektur menanggapi dengan optimis dan ketertarikan yang tinggi. Dari hal tersebut gambar-gambar presentasi desain arsitektur nyaris tidak dapat dibedakan dengan kondisi nyata. Jika kita memakai proses desain yang paling sederhana, yang telah dipakai oleh para arsitek sejak ratusan tahun yang lalu, maka terlihat bahwa komputer dapat berperan di tahap mana saja.
Proses tersebut meliputi : analisis masalah, sintesis pemecahan masalah, evaluasi dan mengkomunikasikan tahapan-tahapan tersebut. Seberapa jauh peran tersebut akan tergantung dari ke dua pihak, yaitu kreativitas arsitek dan kemajuan teknologi komputer (digital) (Satwiko, 2010; 11).

Dikaitkan dengan kedudukan seni dalam era globalisasi, pada buku persoalan-persoalan dasar estetika karangan Marcia Muelder Eaton diuraikan, Weitz percaya bahwa sifat kreatif seni tidak butuh untuk didefinisikan:”yang paling jauh dari petualangan seni adalah perubahannya yang terus berlangsung dan kreasi barunya menjadikannya tidak mungkin secara logis menjamin suatu perangkat ciri yang dapat didefinisikan” (Muelder, 2010:10).
Untuk itu kreatif seni bisa juga dikaitkan dengan kreativitas desain dan arsitektur yang butuh sebuah perubahan dengan seiring teknologi dan informasi yang berkembang.

Implementasi perkembangan teknologi informasi memberi dampak pada perancangan arsitektur melalui beragam aspek seperti:
  1. Penyebaran informasi langsung (real time) melalui internet; hanya dengan beberapa ‘klik’ pada mouse seseorang dapat berselancar di internet, menemukan dan melihat gaya-gaya arsitektur terbaru dari seluruh bagian dunia. Ini menyebabkan perancangan arsitektur menjadi mendunia (global).
  2. Menawarkan kemampuan baru dalam mengembangkan bentuk-bentuk geometri yang rumit; komputer-komputer baru yang sangat kuat menjadikan bentuk-bentuk bangunan yang secara geometris sulit menjadi lebih mudah dibuat.
  3. Menawarkan kemampuan baru dalam menghitung aspek-aspek kuantitatif perancangan (environmental, konstruksi, dll)
  4. Kebutuhan dunia akan arsitektur yang ramah lingkungan telah mendorong para arsitek merancang bangunan-bangunan yang lebih ramah lingkungan, hemat energy, dll. Computer menjadikan tugas yang rumit bila dikerjakan secara manual menjadi jauh lebih mudah, presisi, akurat, cepat dan menyenangkan (2010; 48)
Satwiko dalam buku arsitektur digital menyebutkan, bila dibuat garis besar, pemanfaatan teknologi informasi pada kerja arsitek dapat ditemui pada aktivitas berikut (bukan merupakan urutan baku);
  1. Komunikasi (surat menyurat, konsultasi, baik tertulis maupun tergambar dengan sarana manual maupunelectronic mail),
  2. Pencarian Data (iklim, topografi, jaringan transportasi, jaringan utilitas, sebaran penduduk, peraturan daerah, produk bahan, hasil penelitian, dll.),
  3. Pembuatan Sketsa Awal (gagasan awal untuk diskusi dengan klien maupun tim perencana baik secara 2D, 3D, animasi maupun virtual reality),
  4. Perhitungan-perhitungan (konstruksi, biaya, fisika bangunan, utilitas, energy, pencemaran)
  5. Pengembangan Desain (menuju ke karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk animasi maupun virtual reality yang dapat dilakukan secara manual maupun otomatis denganteknik morphing),
  6. Pengenalan Pemanfaatan Teknologi Baru dalam Bangunan (solar energy, intelligent/smart buildings),
  7. Presentasi (penyajian produk desain akhir),
  8. Pembuatan gambar kerja, dan
  9. Pengarsipan Karya Desain (menyimpan karya desain secara sistematis dan aman untuk dipergunakan di lain waktu).
Karena kedudukan teknis desain interior dan arsitektur hampir sama, maka dalam pemaparan tersebut diatas, implementasi teknologi dan informasi jika diterapkan dalam bidang desain interior dan arsitek di era globalisasi adalah sebagai berikut:
  1. Komunikasi
Dalam hal komunikasi, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek dalam membahas perancangannya dengan klien menggunakan media surat, wesel dengan jasa kantor pos atau dari orang ke orang dan telephone. Kini desainer dan arsitek secara cepat dan efesiennya menggunakan layanan internet, media social network, handphone, telephone dan lain-lain, terkecuali beberapa diantaranya untuk dokumen hard copyberupa gambar jilid dan presentasi tetap melalui jasa pengiriman dari orang ke orang dan jasa kantor pos.
2.      Pencarian Data
Dalam hal Pencarian Data, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, mengumpulkan data lebih memanfaatkan catatan tangan dan menggali informasi pada pilihan sumber tertentu, kini melalui komputer dan virtual berupa internet pencarian data dapat diakses secara mudah dan cepat dengan banyak informasi yang mendukung mengenai data yang digali.
3.      Pembuatan Sketsa Awal (gagasan awal untuk diskusi dengan klien maupun tim perencana baik secara 2D, 3D, animasi maupun virtual reality),
Dalam hal pembuatan sketsa awal, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam membuat konsep menggunakan sketsa tangan, dan visualisasi warna menggunakan, pencil warna, spidol, cat air, cat minyak, sedangkan era sekarang pembuatan sketsa bukan saja manual akan tetapi bisa melalui media smart phone, net book dan computer serta berbagai pengolahan data dengan software-software yang berkaitan dengan desain interior. Divisualisasikan melalui olahan render, salah satunya yakni software 3D Max.
4.      Perhitungan-perhitungan (konstruksi, biaya, fisika bangunan, utilitas, energy, pencemaran)
Dalam hal perhitungan-perhitungan, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, perhitungan biaya bisa menggunakan mesin hitung, kini ada beberapa mesin hitung yang bias diadopsi dari software-sofware terkait beitupun juga perhitungan konstruksi.
5.      Pengembangan Desain (menuju ke karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk animasi maupun virtual reality yang dapat dilakukan secara manual maupun otomatis denganteknik morphing),
Dalam pengembangan desain, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam pengembangan desain bisa saja menggunakan sketsa dan gambar dengan bantuan meja gambar teknik, kini diera sekarang lebih terpadunya menggunakan sketsa, gambar kerja dengan bantuan komputer dengan software Auto Cad, 3D Max, Sketchup, dengan file berupa soft copy dan hard copy berupa hasil print. Pada proyek besar kini animasi juga dilibatkan untuk lebih terpadunya keseluruhan pengembangan desain yang ingin dipresentasikan.
6.      Pengenalan Pemanfaatan Teknologi Baru dalam Bangunan (solar energy, intelligent/smart buildings),
Dalam pemanfaatan teknologi baru, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam pemanfaatan teknologi sebelum isu mengenai global warming, masih focus terhadap hal-hal yang bersifat eksplotasi material bangunan, kini dengan isu-isu mengenai konsep green design, para desainer dan arsitek sudah mulai memikirkan teknologi baru, contohnya pemanfaatan sinar matahari dan diolah sebagai energi, sehingga dalam perwujudan desain harus mempertimbangkan penyelamatan lingkungan.
7.      Presentasi (penyajian produk desain akhir),
Dalam Presentasi, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek dalam mempresentasikan desain masih berupa media yang didukung keterampilan tangan atau manual, kini dengan komputer berupa software auto cad3D Maxsketchup,3D Maya, dan virtual pendukung lainnya, presentasi dapat lebih mudah menerjemahkan maksud desainer/arsitek ataupun menerjemahkan keinginan klien, akurasi gambar lebih tepat dan visualisai lebih nyata. Sehingga bagi klien yang sedikit awam tidak kebingungan untuk mengerti presentasi desain yang disajikan.
8.      Pembuatan gambar kerja
Dalam pembuatan gambar kerja, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek membuat gambar kerja dengan bantuan meja gambar teknik, sedangkan kini meja gambar teknik sedikit-demi sedikit mulai ditinggalkan diganti dengan software autocadpada komputer untuk mendapatkan akurasi dan kecepatan penyelesaian gambar kerja. Akan tetapi pembuatan gambar kerja dalam hal perkuliahan masih dimanfaatkan pada mahasiswa semester-semester kecil sebagai latihan tangan dalam mengolah ketegasan garis mahasiswa.
9.      Pengarsipan Karya Desain (menyimpan karya desain secara sistematis dan aman untuk dipergunakan di lain waktu).
Dalam pengarsipan karya desain, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek sebelum ada komputer generasi baru yang bisa menjalankan software menggambar, arsip-arsip disimpan pada rack dan almari simpan, kini pengarsipan secara sistematis bias disimpan di komputer pada folder-folder berupa soft copy dan internet melalui email, arsip-arsip dalam bentuk Hard copy juga masih dibutuhkan, sebagai bagian dari portfolio. File-file di komputer dikatakan aman apabila juga di transfer datanya pada cd/dvd untuk antisipasi kerusakan dari komputer.
D.     PERBANDINGAN ANTARA DESAIN ARSITEKTUR DAHULU DAN SEKARANG (KOMPUTERISASI)
Pembuatan Sketsa Awal (gagasan awal untuk diskusi dengan klien maupun tim perencana baik secara 2D, 3D, animasi maupun virtual reality), Dalam hal pembuatan sketsa awal, hasil analisis, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek, dalam membuat konsep menggunakan sketsa tangan, dan visualisasi warna menggunakan, pencil warna, spidol, cat air, cat minyak, sedangkan era sekarang pembuatan sketsa bukan saja manual akan tetapi bisa melalui media smart phone, net book dan computer serta berbagai pengolahan data dengan software-software yang berkaitan dengan desain interior. Divisualisasikan melalui olahan render, salah satunya yakni software AutoCad.
Perhitungan-perhitungan (konstruksi, fisika bangunan), Dalam hal perhitungan-perhitungan, hasil analisi, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek, perhitungan biaya bisa menggunakan mesin hitung, kini ada beberapa mesin hitung yang bias diadopsi dari software-sofware terkait beitupun juga perhitungan konstruksi.
Pengembangan Desain (menuju ke karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk animasi maupun virtual reality yang dapat dilakukan secara manual maupun otomatis denganteknik morphing), Dalam pengembangan desain, hasil analisis, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek, dalam pengembangan desain bisa saja menggunakan sketsa dan gambar dengan bantuan meja gambar teknik, kini diera sekarang lebih terpadunya menggunakan sketsa, gambar kerja dengan bantuan komputer dengan software Auto Cad, 3D Max, Sketchup, dengan file berupa soft copy dan hard copy berupa hasil print. Pada proyek besar kini animasi juga dilibatkan untuk lebih terpadunya keseluruhan pengembangan desain yang ingin dipresentasikan.
Presentasi (penyajian produk desain akhir), Dalam Presentasi, hasil analisis, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek dalam mempresentasikan desain masih berupa media yang didukung keterampilan tangan atau manual, kini dengan komputer berupa software auto cad3D Maxsketchup,3D Maya, dan virtual pendukung lainnya, presentasi dapat lebih mudah menerjemahkan maksud desainer/arsitek ataupun menerjemahkan keinginan klien, akurasi gambar lebih tepat dan visualisai lebih nyata. Sehingga bagi klien yang sedikit awam tidak kebingungan untuk mengerti presentasi desain yang disajikan.
Pembuatan gambar kerja, Dalam pembuatan gambar kerja, hasil analisis, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek membuat gambar kerja dengan bantuan meja gambar teknik, sedangkan kini meja gambar teknik sedikit-demi sedikit mulai ditinggalkan diganti dengan software autocad pada komputer untuk mendapatkan akurasi dan kecepatan penyelesaian gambar kerja. Akan tetapi pembuatan gambar kerja dalam hal perkuliahan masih dimanfaatkan pada mahasiswa semester-semester kecil sebagai latihan tangan dalam mengolah ketegasan garis mahasiswa.
Pengarsipan Karya Desain (menyimpan karya desain secara sistematis dan aman untuk dipergunakan di lain waktu). Dalam pengarsipan karya desain, hasil analisis, dibandingkan dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para arsitek sebelum ada komputer generasi baru yang bisa menjalankan software menggambar, arsip-arsip disimpan pada rack dan almari simpan, kini pengarsipan secara sistematis bias disimpan di komputer pada folder-folder berupa soft copy dan internet melalui email, arsip-arsip dalam bentuk Hard copy juga masih dibutuhkan, sebagai bagian dari portfolio. File-file di komputer dikatakan aman apabila juga di transfer datanya pada cd/dvd untuk antisipasi kerusakan dari komputer.

E.     PERANAN ARSITEKTUR DALAM PERANAN SOSIAL
Peranan arsistektur dalam investasi sosial adalah pada disain bangunan yang mendukung konsep CSR maupun CBD, misalnya konsep disain arsitektur yang terbuka dan akomodatif terhadap aspirasi masyarakat lokal (dilingkungan proyek). Disain aristektur yang mampu menumbuhkan interaksi dan kebersamaan antar komunitas masyarakat, dan masyarakat dengan pihak perusahaan dan pengelola proyek. Disain arsitektur yang seoptimal mungkin mengiliminasi pencemaran sosial misal tumbuhnya tempat prostitusi dan tumbuhnya pemukiman kumuh di lingkungan proyek. Arsitektur yang peduli terhadap kebutuhan sosial spiritual masyarakat lingkungan proyek misal dengan alokasi ruang/bangunan tempat ibadah dan sarana prasarana umum. Peranan arsitektur dalam investasi sosial sejalan dengan fungsi arsitektur, yang antara lain mempunyai fungsi sosial, bahwa kehadiran arsitektur mesti meningkatkan kualitas lingkungan sosialnya.









BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
Teknologi dan ekonomi dalam arsitektur merupakan peran penting dalam perkembangan arsitektur saat ini, dimana perkembangan desain, struktur, dan material sangat dipengaruhi perkembangan teknologi yang selanjutnya akan memacu suatu arsitektur yang baru.

B.     Saran
§  Pada saat mendesain untuk mendapatkan suatu project lebih baik, terlebih dahulu memilah-milah project yang kita dapat, sehingga kita dapat memutuskan membuat suatu bangunan dengan secara manual atau dengan software aplikasi.

§  Dapat mengembangkan pemikiran tentang arsitektur kedepannya dengan memikirkan teknologi dan ekonomi yang ada serta menerapkannya dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

Copyright © Vanvan | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑