PRINSIP HIDUP BANGSA INDONESIA
Banyaknya
suku bangsa yang mendiami kepulauan di Indonesia membuat perbedaan budaya dan
etnis penduduk Indonesia sangat besar. Kelompok-kelompok penduduk yang saling
berbeda ini memiliki keistimewaan masing-masing yang sekaligus menjadi
ciri-ciri khas regional daerah tersebut.
Masing-masing
suku juga memiliki kebanggaan, kelemahan, juga nilai-nilai
dan norma-norma. Semua ini dapat terlihat dalam kebiasaan dan tingkah laku
dalam kehidupan sehari-harinya. Tentunya di antara perbedaan itu juga ada
kesamaan, karena pada dasarnya mereka berasal dari satu bangsa. Bangsa
Indonesia.
1.
Terima nasib
Satu
dasar pemikiran yang mempercayai bahwa bersamaan dengan kelahiran, factor
nasib seseorang sudah ditentukan. Biasanya factor nasib dalam kehidupan
akan muncul di permukaan bila sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
pada seseorang. Dalam hal ini sikap yang akan diambil oleh yang bersangkutan
adalah:” Ya, sudahlah. Terima saja nasibmu. Itu sudah takdir dalam
kehidupanmu”.
2.
Hierarki
Seseorang
yang dapat menerima adanya factor nasib akan mudah menerima adanya faktor
hierarki dalam kehidupannya. Suatu ketidak samaan adalah hal yang biasa. Suatu
pekerjaan yang fungsinya “mengerjakan”sesuatu untuk orang lain dalam hal ini
bukanlah dianggap sebagai hal yang merendahkan diri. Jadi pekerjaan semacam
supir, koki, baby sitter, bukanlah pekerjaan yang hina.
Pekerjaan
yang harus disyukuri karena mungkin memang sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Sudah menjadi nasibnya. Untuk dapat menimbulkan rasa bersyukur atas apa yang
dimilikinya, biasanya sejak kecil telah diajari untuk tidak selalu
melihat “ke atas”, tetapi sering-sering melihat “ke bawah”.
3.
Rasa Hormat dan menghormati
Seperti
yang kita ketahui, Indonesia adalah Negara yang penduduknya sangat
menghargai norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-harinya. Di
Indonesia kehormatan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-harinya. Bila kehormatan seseorang dilanggar maka dia akan
menjadi malu. Dan karena rasa malu ini bisa menyebabkan dia menjadi mata gelap.
Salah
satu contoh yang jelas adalah, betapa tersinggung dan malunya seorang warga
Bugis yang dalam tidurnya kentut kecil tetapi entah karena bunyinya yang
terdengar aneh atau karena hal yang lain, yang hadir dan mendengarnya semuanya
tertawa… Akibatnya dia mengambil parangnya dan dengan membabi buta menusuk
dan melukai beberapa yang hadir.
4.
Halus
Satu
kebiasaan sikap yang pada awalnya termasuk dalam tata tertib kehidupan “istana”
dan kalangan atas. Kebiasaan ini dilakukan terutama untuk menghormati “rajanya”.
Suatu sikap yang halus sebetulnya juga berhubungan erat dengan olah batiniah
dan latar belakang social ekonomi serta pendidikan seseorang.
Dengan
melalui olah batin ini, akan mudah dicapai suatu sikap hidup yang lembut
misalnya: Lembut berbicara, tidak terlalu mengumbar kata, menghindari
rasa cepat marah, sopan santun pada sesamanya dan tidak kasar dalam berkata dan
bertindak. Belajar mengendalikan diri dan hidup dengan dasar “relativering”
sangat mendukung prinsip dan sikap hidup yang halus.
Keadaan
lingkungan sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi kebiasaan kehidupannya.
Juga pendidikan memberikan sumbangan dalam cara berpikir dan berperilaku pada
seseorang.
Seseorang
yang tidak terlalu banyak bicara di Indonesia, bukanlah hal yang aneh. Justru
dengan sikapnya itu kita bisa melihat sifat bijaksana yang dimilikinya.
Misalnya, seseorang tidak perlu menggunakan kata-kata kasar, atau mencaci buta
dan membentak-bentak orang lain untuk menyatakan ketidak setujuannya.
Gunakan
cara yang halus dan sesubtiel mungkin’, karena dengan cara ini, saya
yakin akan lebih bisa mencapai sasarannya. Daaaannn, tidak akan terjadi
perang… Tentu semua ada kekecualiannya..
5.
Anti-individualisme
Sebetulnya
setiap orang Indonesia merasa dirinya menjadi anggota dari suatu kelompok
tertentu. Sangat mustahil kalau seseorang tidak membutuhkan kehadiran orang
lain. Apapun alasannya. Bisa kita bayangkan, bagaimana bisa berdiskusi
kalau seseorang mengatakan saya tidak perlu kehadiran orang lain. Nanti khan
dia akan meracu sendiri. Dan bisa-bisa jadi penghuni Rumah Edan di Heillo.
6.
Harmonie
Prinsip
hidup orang Indonesia jelas mengikuti model Harmonis. Dengan prinsip ini orang
biasanya berusaha untuk menghindari setiap konfrontasi yang timbul.
Berbagai cara dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya perselisihan.
Biasanya sentilan, atau teguran tidak dilakukan didepan orang banyak dan
disampaikan secara subtiel.
Dalam
berkomunikasi hampir selalu digunakan sistem yang indirect dan implicit.
Konteks pembicaraan lebih penting daripada yang diucapkan. Dalam pembicaraan
banyak sekali hal yang harus diinterpretasikan, di baca dan di dengar dari
hal-hal yang tidak diucapkan.
PRINSIP HIDUP BANGSA JEPANG
Negara dan bangsa akan maju sebagai bangsa dan rakyat akan
menikmatinya jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang maju adalah
bangsa Jepang. Bangsa Jepang mempunyai dasar karakter yang kuat. Karakter ini
tidak diajarkan di sekolah. Pelajaran agama juga tidak diajarkan di
Sekolah-sekolah Jepang, tetapi dibentuk sejak mereka kecil. Prinsip moral ini
berasal dari kebudayaan Samurai yang terdiri dari 4 karakter yakni yang disebut
ON, GIMU, GIRI dan NINJO. Masyarakat Jepang mendapatkannya dari orang tua mau pun
masyarakat sekitarnya.
Karakter pertama ON berarti hutang budi. Dengan prinsip ini
seseorang akan merasa berhutang jika ada orang berbuat baik terhadap
dirinya.”Jika seorang berbuat baik kita harus membalas kebaikan tersebut”
itulah prinsip mereka.
Yang kedua adalah GIMU berarti kewajiban. Jika seorang berhutang budi ia berkewajiban untuk membayarnya kembali.
Yang ketiga adalah GIRI yang artinya kebaikan. Dengan prinsip ini, seseorang akan membantu teman dekatnya bila dia butuh pertolongan, dan berusaha membantunya dengan cara apa pun.
Yang terakhir adalah NINJO yang artinya adalah rasa kasih sayang. Prinsip ini mengajarkan rasa empati terhadap sesama manusia.Keempat unsur ini adalah semacam kewajiban sosial yang harus dimiliki rakyat Jepang.
Yang kedua adalah GIMU berarti kewajiban. Jika seorang berhutang budi ia berkewajiban untuk membayarnya kembali.
Yang ketiga adalah GIRI yang artinya kebaikan. Dengan prinsip ini, seseorang akan membantu teman dekatnya bila dia butuh pertolongan, dan berusaha membantunya dengan cara apa pun.
Yang terakhir adalah NINJO yang artinya adalah rasa kasih sayang. Prinsip ini mengajarkan rasa empati terhadap sesama manusia.Keempat unsur ini adalah semacam kewajiban sosial yang harus dimiliki rakyat Jepang.
1.
Kerja Keras dan Penuh Semangat
Jepang memang terkenal
dengan kerja kerasnya, mereka kerja dengan penuh semangat karena bagi mereka
untuk meraih sebuah kesuksesan mereka harus bekerja keras.Mereka datang ke
tempat kerja selalu awal dengan alasan agar tidak terlambat. Bahkan sudah biasa
seorang bos di Jepang datang lebih awal dari pegawainya.
2.
Memanfaatkan waktu semaksimal mungkin
Mereka memanfaatkan waktu
kerja mereka dengan maksimal dan penuh semangat. Mereka pun tidak suka pulang
kerja lebih awal. Mereka lebih suka mengambil kerja lembur daripada harus
pulang cepat. (Jepang memang terkenal dengan jam kerjanya yang panjang
dibanding dengan negara-negara di dunia). Malamnya sepulang kerja
terkadang mereka juga menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang tetapi hal
itu tidak membuat mereka kehilangan semangat kerja esok harinya.
3.
Tidak bisa menahan malu akibat ulah buruknya
Tidak semua penduduk di
Jepang itu kaya dan sukses, diantara mereka juga ada pengemis dan
gelandangan. Ada juga gelandangan yang mantan koruptor dan penjahat
negara lainnya. Namun, kebanyakan dari koruptor yang menggelandang itu
mati karena bunuh diri sebab mereka tak sanggup menahan malu akibat keburukan
hidupnya.
4.
Mandiri
Sejak kecil mereka
diajari untuk mandiri, meski orang tuanya kaya mereka tidak
dimanjakan dengan uang. JIka ingin uang lebih mereka harus berusaha sendiri,
biasanya mereka memilih untuk kerja part time sejak SMA. (Karena di Jepang
diperbolehkan kerja part time)
5. Mereka
tidak bisa hutang uang dan hutang budi
Mereka tidak suka berhutang
uang maupun hutang kebaikan pada orang lain. Jika mereka terpaksa berhutang
mereka pun akan segera mengembalikannya dalam bentuk bingkisan, hadiah non
uang.
6.
Tidak banyak ngobrol saat bekerja
Tidak seperti kita orang
Indonesia yang kebanyakan "No Action Talk more", orang Jepang dalam
bekerja itu "Talk Less Do More", jadi gak kebanyakan ngobrol gitu.
7.
Tidak konsumtif
Jika di Indonesia kita
sering mengenal kebiasaan ngajak makan bareng, jalan bareng, mentraktir teman
sepulang kerja. Dan teman yang mengajak harus membayar ongkos jalan atau
makannya. Berbeda dengan Jepang, jika ada orang mengajak makan bareng bukan
berarti kita ditraktir, tapin kita harus bayar sendiri-sendiri.
8.
Peduli pendidikan
Terbukti setelah terjadi
pemboman di Hiroshima 6 agustus 1945, pertanyaan pertama yang diajukan oleh
kaisar adalah,”berapakah guru yang masih hidup?” Nah, dari sini kelihatan
banget kan kalau pemerintah Jepang sangat peduli pendidikan. Banyak JUga
pelajar yang dikirim ke luar negeri untuk menimba ilmu, karena bagi mereka ilmu
itu tidak terukur oleh uang.
9.
Improvisasi & Inovasi
Orang Jepang selalu
melakukan imorovisasi n inovasi dalam hidupnya, baik dalam karir maupun yang
lainnya. Mereka senantiasa melakukan pembaruan untuk lebih baik dan
meninggalkan masa lalun yang buruk.
10.
Menghargai jasa orang lain
Orang-orang Jepang sangat
menghargai jasa orang lain, mereka sering mengucapkan “arigatou”(terimakasih)
meski jasa yang diberikan itu adalah hal-hal ringan. Mereka juga sering
memberikan bingkisan kepada orang yang telah berjasa kepada mereka.
11.
Budaya Baca
Budaya baca di Jepang
sangat tinggi dimanapun mereka berada(baik di kamar, kereta, selokan,
WC) jika mempunyai waktu luang mereka akan mengisinya dengan membaca.
Sampai-sampai saat dalam kendaraan pun juga membaca. Jika mereka
berpergian lebih suka menggunakan kereta dengan alasan memanfaatkan waktu yang
lama di kereta, selain itu kereta juga tidak menimbulkan getaran yang banyak
menyebabkan gangguan saat membaca.
12.
Loyalitas
Orang Jepang mempunyai
loyalitas yang lumayan tinggi. Dalam hidupnya mereka hanya bekerja pada 1 atau
2 tempat saja, tidak seperti kebanyakan bangsa-bangsa lain. Mereka tidak
berpindah-pindah karena rata-rata gaji di perusahaan-perusahaan Jepang relatif
sama.
13.
Workaholic
Mereka bisa dibilang
workaholic(suka bekerja), bagi mereka "work is funny", mereka juga
mempunyai semboyan "Kita bisa maksimal bekerja ketika mengerjakan yang
kita sukai."
sumber :